AiSYaH
BinTu ABi BaKr
Wanita
Yang Namanya Dibersihkan dari Atas Langit
Dia adalah pengajar kaum laki2. Wanita yang jujur, putri dari
seorang lelaki yang jujur, kholifah Rosulillah sallallohu 'alaihi wa sallam,
Abu Bakar Abdulloh bin Abi Quhaafah Utsman bin Amir al Quroisyyah at Taimiyyah
al Makiyyah. Dia adalah ummul mukminin istri pemimpin anak Adam. Dia adalah
wanita yang paling dicintai oleh Rosululloh sallallohu 'alaihi wa sallam dan
putri dari seorang laki2 yang dicintai oleh Rosululloh. Dia adalah wanita yang
namanya dibersihkan dari tujuh lapis langit.
Dia telah membuktikan untuk dunia sejak 14 abad yang lalu
bahwa wanita bisa menjadi orang yang lebih berilmu dari pada laki2. Dia orang
yang ahli dalam siasat perang. Wanita ini bukan alumni dari sebuah universitas
dan bukan pula murid orientalis asing. Akan tetapi dia adalah sosok wanita yang
telah menyelesaikan studinya dari sekolah kenabian, sekolah keimanan yang
mencetak para pahlawan. Pada masa kanak2 dia telah dididik oleh syaikh kaum
muslimin dan orang yang paling utama dari mereka, yaitu bapaknya.. Abu Bakar as
Shiddiiq.
Di masa mudanya dia dipelihara dan dinaungi oleh Rosululloh
sallallohu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang pengajar sekaligus suaminya. Dia
telah mengumpulkan ilmu keutamaan sehingga di dalam sejarah dia telah
meninggalkan ilmu yang tetap bergulir sepanjang masa. Inilah peninggalannya
yang dipelajari di kuliah-kuliah adab sebagaimana dia telah mempelajari
nash-nash adab yang sangat tinggi. Fatwa-fatwanya dibaca dalam kuliah-kuliah
agama. Serta amalan-amalannya yang sempurna menjadi topic pembicaraan baig
setiap guru sejarah Arab dan kaum muslimin.
Pernikahan Nabi Muhammad sallallohu ‘alaihi wa sallam
dengannya merupakan perintah dari Alloh ta’ala setelah Khodijah rodhiyallohu ‘anha
wafat. Beliau sallallohu ‘alaihi wa sallam menikahi ‘Aisyah dan Saudah bintu Zam’ah dalam satu
waktu. Akan tetapi dengan Saudah, Beliau sallallohu ‘alahi wa sallam langsung
menggaulinya dan menjalani kehidupan rumah tangga dengannya selama tiga tahun
sampai datang masanya yaitu bulan Syawal setelah peristiwa perang Badar beliau
sallallohu ‘alaihi wa sallam masuk kepada ’Aisyah.
Pengantin muda tersebut pindah ke rumah Nabi sallallohu ‘alaihi
wa sallam yang baru. Rumah tersebut berupa kamar seperti kamar-kamar lainnya
yang dibangun di sekitar masjid, yang bahannya dari batu bata dan pelepah pohon
kurma. Di dalamnya diisi kasur yang terbuat dari kulit dan isinya sabut dan
diletakkan di atas sehelai tikar. Untuk penutup pintunya, beliau menutupkan
tirai dari kulit. Dalam rumah yang amat sederhana ini, ‘Aisyah mulai menjalani
kehidupan rumah tangganya yang akan menjadi pembicaraan dalam sejarah.
Pernikahan merupakan pekerjaan wanita yang utama. Tujuan
wanita yang paling agung adalah ia menjadi istri bagi suaminya dan ibun bagi
anak-anaknya. Selain hal itu tidak akan mencukupinya, meskipun dia meraih harta
yang memenuhi bumi dan mencapai pujian yang menjulang kea wan. Meskipun dia
juga telah mencapai pengetahuan dan jabatan yang tidak dicapai oleh lainnya.
Bagaimana dia akan meraih kebahagiaan ketika dirinya condong kepada sesuatu
yang keluar dari fitrohnya di mana dia diciptakan untuknya??!
Di dalam rumah pasangan suami istri tersebut, ‘Aisyah menjadi
guru bagi setiap perempuan di alam semesta pada setiap masa. Dan dia menjadi
seorang wanita yang terbaik yang menyenangkan suami dan menggembirakan hatinya.
Dia mampu menghilangkan derita yang dirasakan suaminya di luar rumah
dikarenakan pergulatan kehidupan dan dakwah kepada Alloh.
Dia merupakan istri terbaik, jiwa dan tangannya mulia. Seorang
yang sabar bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi
kefakiran dan kelaparan. Sehingga dia melalui hari-hari yang panjang dengan
keadaan tidak dinyalakan api untuk memasak kue atau memasak masakan lainnya,
keduanya cukup hidup dengan kurma dan air.
Tatkala dunia mendatangi kaum muslimin, sekali waktu
didatangkan uang kepadanya 100.000 dirham, sedangkan dia dalam keadaan
berpuasa, maka dia bagikan semuanya dan tidak ada menyisakan sedikitpun. Lalu
bekas budaknya berkata: “ Apakah engkau tidak mau membeli daging dengan dirham
yang akan engkau gunakan untuk berbuka?”. Dia menjawab: “ Kalau engkau tadi
mengingatkan saya, tentu akan saya lakukan”.
Dalam keadaan fakir, dia tidak gelisah dan apabila ia
mempunyai kekayaan, maka dia tidak sombong. Kemuliaan jiwa telah menjaganya
sehingga dia tidak memperhatikan dunia yang mendatanginya dan yang
meninggalkannya.
Dia adalah istri terbaik yang selalu memperhatikan ilmu yang
diperoleh dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sehingga keilmuan dan
sastra Arabnya dijadikan sebagai guru bagi kaum laki-laki dan menjadi sumber
pengambilan ilmu hadits, sunnah dan fiqh bagi mereka.
Az Zuhri berkata: “ Kalau ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dengan
seluruh ilmu wanita, tentu ilmu ‘Aisyah lebih utama”.
Berkata Hisyam bin ‘Urwah : Ayahku berkata : “ Sesungguhnya
saya telah menyertai ‘Aisyah, tidak seorangpun yang pernah aku jumpai lebih
pandai darinya terhadap ayat yang diturunkan, kewajiban, sunnah, syair. Dan
tidak ada seorangpun yang lebih banyak meriwayatkan hadits daripada dia serta
tidak ada yang lebih mengetahui tentang hari-hari Arab, nasab ini dan itu, juga
qodho (hukum) serta ilmu kedokteran.” Maka aku bertanya kepadanya : “ Wahai
bibiku, dari mana engkau mengetahui ilmu kedokteran?” Dia menjawab : “ Ketika
saya sakit, seseorang menjelaskan cara mengobatinya. Dan ketika ada orang lain
sakit, seseorang menerangkan bagaimana cara mengobatinya. Saya mendengar
orang-orang menerangkan untuk sebagian lainnya, maka saya menghafalnya”.
Dari al A’masy dari Abu Dhuha dari Masyruq, dia berkata : “ Kami
bertanya kepadnya: ‘Apakah ‘Aisyah memiliki ilmu tentang faroidh (ilmu waris)?’
Dia (Masyruq) menjawab:’ Sesungguhnya saya melihat sahabat-sahabat Nabi
Muhammad shollallohu ‘alahi wa sallam
yang senior bertanya kepadanya tentang masalah faroidh’”.
Dengan berbagai kelebihan dan keistimewaan yang ada, ‘Aisyah
adalah seorang wanita pencemburu. Bahkan dia adalah istri Nabi shollallohu ‘alaihi
wa sallam yang paling pencemburu. Ini adalah naluri seorang wanita, akan tetapi
kecemburuannya masih bisa diterima dan terarah sehingga tidka mengantarkan
dirinya untuk melakukan hal-hal yang berbahaya.
Diantara peristiwa yang paling penting dalam kehidupan Ummul
Mukminin ‘Aisyah adalah peristiwa berupa tuduhan keji yang dilontarkan oleh
munafiqin yang terkenal dengan peristiwa haditsul ifki / cerita dusta.
Padahal dia adalah orang yang paling jauh dari perbuatan keji tersebut. Dan
Alloh telah menurunkan ayat dari langit ke tujuh yang membersihkan namanya dari
tuduhan keji tersebut yang akan selalu dibaca hingga hari kiamat.
Ujian terhadapnya menjadi pelajaran bagi setiap wanita, bahwa
sesungguhnya di dunia ini tidak ada wanita yang mendapat tuduhan lebih tinggi disbanding
‘Aisyah.
Ketika Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam selesai
melaksanakan haji wada’ dan beliau merasakan bahwa saat kepergiannya hampir
tiba setelah ditunaikannya amanah dan risalah kenabian, saat menggilir
istri-istrinya beliau bertanya: “ Besok saya di mana..? Besok lusa saya di mana…?”
Karena saat itu beliau merasa lama dan lambat datangnya giliran ‘Aisyah.
Melihat demikian, maka para ummahatul mukminin lainnya
berlapang dada dan menghibahkan hari-hari giliran mereka kepada ‘Aisyah. Dan
memberikan kesukaan kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk dirawat ‘Aisyah. Mereka serentak
mengatakan : “ wahai Rosululloh, sesungguhnya kami telah menghibahkan hari-hari
kami kepada ‘Aisyah”.
Selanjutnya kekasih Alloh itu pindah di kamar ‘Aisyah, istri
tersayang. ‘Aisyah pun begadang siang dan malam merawat sakit beliau karena
kecintaannya meskipun dia harus menebusnya dengan dirinya sendiri. Demi jiwaku,
jiwa bapakku dan ibuku sebagai tebusan engkau wahai Rosululloh…ketika saat
kepergian telah dekat kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berada di
pangkuan ‘Aisyah.
Ummul Mukminin berkata ketika menceritakan saat-saat genting
tersebut…
“
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam di wafatkan di rumahku, di hari
giliranku dan malamku, antara waktu sahur dan permulaan siang. Ketika Abdurrohman
bin Abu Bakar masuk sambil bersiwak dengan siwak yang basah, beliau memandang
kepadanya dan saya menduga beliau menginginkannya. Sayapun mengambilnya dan
saya mengunyahkannya lalu saya kibaskan supaya bersih, saya perbaiki dan saya
berikan kepada beliau.
Beliaupun bersiwak dengan cara yang paling baik yang saya belum
pernah melihatnya sebelum itu. Setelah Abdurrohman pergi, beliau memberikan
siwak itu kepadaku lalu tangannya terjatuh. Saya berdo’a dengan do’a yang biasa
digunakan Jibril dan beliaupun biasa menggunakannya tatkala sakit. Namun dalam
sakitnya ini beliau tidak berdo’a dengan do’a tersebut.
Pandangan beliau mengarah ke langit dan berkata: ‘ Ar
Rofiiqul a’laa’ dan beliaupun meninggal. Segala puji bagi Alloh yang telah
menyatukan air liurku dengan air liur beliau di saat detik-detik terakhirnya di
dunia”.
Beliau dikuburkan di tempat beliau wafat, yaitu di kamar ‘Aisyah.
Setelah meninggalnya Rosululloh shollallu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah banyak
mengajari para lelaki dan wanita dan ikut andil dalam meletakkan sejarah Islam
sampai kematiaannya yaitu pada malam Selasa tanggal 17 Romadhon th 57 H pada
usia 67 tahun.
Aisyah meninggalkan warisan yang amat berharga untuk generasi
setelahnya, yang akan selalu meneliti detik-detik kehidupannya. Sejak usia
tujuh tahun telah terpoles dengan pendidikan nabawi sehingga menjadi suri
teladan yang baik. Di mana ummat manusia tidak akan menemukan wanita semisalnya
sampai 14 abad kemudian….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar