Rabu, 15 Mei 2013

Bahasa Arab Pemula 6: Isim Ditinjau Dari Kejelasannya


Isim Ditinjau Dari Kejelasannya ( الاِسْمُ بِالنَّظَرِ إلَى تَعْيِيْنِهِ )

Isim ditinjau dari jelas tidaknya, dibagi menjadi dua yaitu isim nakiroh ( الاسْمُ النَّكِرَةُ ) dan isim ma’rifat ( الاسْمُ المَعْرِفَةُ ).
Isim nakiroh yaitu isim yang belum jelas. Contohnya adalah kata ( رَجُلٌ ) maka rojulun disini belum jelas,apakah dia laki-laki yang bernama si A atau laki-laki yang bernama si B, atau laki-laki yang di sana ataupun di sini.
Adapun isim ma’rifat yaitu isim yang sudah jelas. Contohnya adalah kata ( الرَّجُلُ ). Loh, kan sama-sama artinya laki-laki, tapi yang di sebelumnya kok bisa nakiroh, sedangkan ini ma’rifat. Iyaa, karena kata ( الرَّجُلُ ) di sini sudah di tambahkan alif lam ( الْ ) sehingga artinya berubah, yang tadinya artinya cuma laki-laki saja, tapi setelah kemasukkan alif lam ta’rif ( الْ ) artinya menjadi laki-laki ini atau laki-laki itu. Tergantung bentuk kalimatnya ^^.
Nah..tuh kan,, betapa luasnya bahasa arab, Cuma ketambahan alif lam saja artinya sudah berbeda ^^.

Apa saja isim yang ma’rifat atau yang sudah jelas itu? Ada tujuh tempat yang termasuk isim ma’rifat, yaitu:
1.      Dhomir ( الضَّمِيْرُ ) atau kata ganti.
Kalau di dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Di dalam bahasa arab pun juga demikian, bahkan lebih terperinci lagi J.

2.      ‘Alam ( الْعَلَمُ ) atau nama.
Contohnya adalah : Ahmad ( أَحْمَدُ ), Ibrohim ( إبْرَاهِيْمُ ).
Semua nama adalah ma’rifat karena sudah jelas mana orangnya. Dan nama ada tiga, yaitu:
-          Nama ( الاِسْمُ ) , atau kita sebut sebagai nama asli, misal : Muhammad ( مُحَمَّدٌ ).
-          Julukan ( اللَّقَبُ ) berupa sifat yang terkenal dari orang yang dinamai,misalkan: al haafizh ( الحَافِظُ ).
-          Kunyah ( الكُنْيَةُ ) yaitu nama yang didahului kata ibn ( ابن ), abu ( أبو ) atau ummu ( أمّ ), misalkan : Abu Abdillah ( أبُوْ عَبْدِ اللهِ ).
3.      Isim Isyaroh (اسْمُ الإشَارَةِ ) Atau kata tunjuk.

4.      Isim Maushul ( الاسْمُ المَوْصُوْلُ ) atau kata sambung.


5.      Ma’rifat dengan alif lam ta’rif ( المُعَرَّفُ بِ(الْ) ) contohnya adalah kalimat di atas pada kata rojulun.
6.      Mudhof kepada isim ma’rifat ( المُضَافُ إلَي مَعْرِفَةٍ ), jika ada isim nakiroh yang dia bersambung dengan isim ma’rifat, maka isim nakiroh tersebut menjadi ma’rifat.
Misal: kitab nahwu ( كِتَابُ النَّحْوِ ). Kata kitab di sini asalnya adalah nakiroh, belum jelas kitab apakah itu. Tapi setelah bersambung dengan kata ( النَّحْوُ ) yang dia ma’rifat dengan alif lam (الْ ) maka kata kitab-pun menjadi ma’rifat, maka jelaslah yang dimaksud, yaitu kitab nahwu, bukan kitab yang lainnya.
7.      Munada Nakiroh maqsuudah ( المُنَادَى النَّكِرَةُ المَقْصُوْدَةُ ) yaitu isim nakiroh yang kemasukkan alat panggilan yang sudah jelas siapa yang dimaksud. Misalkan ketika anda memanggil seseorang untuk mengembalikan dompetnya yang terjatuh, tapi anda tidak tahu siapa namanya, anda mengatakan: ( يَا رَجُلُ ). Walaupun kata rojulu tidak ada alif lam ta’rif, tapi anda sudah memaksudkan bahwa yang anda panggil adalah orang yang di depan anda, bukan orang lain. Makanya anda mengatakan yaa rojulu bukan yaa rojulan.

(^_^)

Note:
Kata ( الْ ) ada dua bacaan yang pertama adalah dibaca alif lam, yang kedua dibaca “al”. Yang rojih insya Alloh yang kedua, adapun saya mengucapkannya dengan “alif lam” hanya sekedar untuk memudahkan. Jadi anda boleh membacanya “alif lam ta’rif” boleh juga “al ta’rif”. Wallohu a’lam.

# gambar bukan asli milik saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar