Ummu Sulaim Bintu Milhan
Tahukah Anda tentang Ummu Sulaim Bintu Milhan..? Siapakah dia…? Dia adalah Ar Rumaisho’ bintu Kholid bin Yazid bin Harom bin Jundub/Jundab bin Amir bin Ghonam bin ‘Adiy bin An Najar Al Anshoriyah Al Khozrojiyah yang memiliki nama kunyah Ummu Sulaim.
Dia adalah seorang wanita anshor yang memiliki paras yang cantik, rupa yang rupawan, sehingga selalu Nampak mempesona, akalnya sangat cerdik dan memiliki akhlaq yang mulia. Sehingga manusia membicarakan tentang kebaikan akhlaq dan rupanya. Dengan sifat inilah maka sepupunya yang bernama Malik ibn An Nadhir segera menikahinya yang kemudian lahirlah Anas dari pernikahan tersebut.
Ketika cahaya nubuwah datang dengan diutusnya Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang Nabi dan Rosul dan muncullah seruan untuk bersegera masuk kepada tauhid, maka masuklah kepada Islam orang-orang yang memiliki akal yang sehat dan fitrhoh yang selamat. Dan Ummu Sulaim termasuk dari orang-orang yang masuk Islam awal-awal dari kalangan Anshor. Ia tidak peduli dengan segala kemungkinan yang berbenturan langsung dengan masyarakat yang jahil para penyembah patung berhala sehingga ia tanpa ragu meninggalkan peribadatan kepada makhluq tersebut.
Suaminya, Malik adalah orang yang pertama kali berdiri menghadang keimanannya. Kemarahannya bangkit ketika sepulang dari perjalanannya mengetahui bahwa istrinya masuk Islam. Ia berkata dengan nada yang sangat marah : “Apakah engkau telah berpindah agama?”. Ummu Sulaim menjawab dengan penuh keyakinan: “Aku tidak berpindah agama akan tetapi aku telah beriman.”
Dan ia mentalqin Anas, menyuruhnya agar membaca syahadat.”Katakanlah laa ilaha illalloh, katakanlah Asyhadu anna Muhammadar Rosuululloh”. Lalu Anaspun mengucapkannya. Melihat itu Malik berkata kepada Ummu Sulaim: “janganlah engkau merusak anakku”. Ummu Sulaim berkata: “ Sesungguhnya aku tidak merusaknya akan tetapi aku mengajari dan membimbingnya“.
Muncullah perasaan gengsi di depan istrinya yang cerdik itu. Ia selalu mendengan bacaan syahadat dari bibir istrinya itu. Sehingga ia keluar rumah dalam keadaan marah lalu bertemu dengan musuhnya dan akhirnya mati terbunuh.
Tatkala ummu Sulaim mendengar kematian suaminya, dia berkata: “Tidak mengapa, aku tidak akan menyapih Anas hingga dia meninggalkan kedua puting susuku ini. Dan aku tidak akan menikah sampai Anas memperintahku untuk menikah”.
Kemudian Dia menghadap kepada Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam dengan dipenuhi rasa malu untuk menyerahkan buah hatinya sebagai pelayan Rosululloh, agar Anas mendapatkan pengajaran dari manusia yang mulia itu. Rosululloh pun menyambutnya dengan senang sehingga Ummu Sulaimpun berbahagia dengan hal itu.
Waktu berlalu hingga Abu Tholhah mendengar berita tentang Ummu Sulaim dan Anas dengan penuh rasa kekaguman. Sehingga bersemilah hatinya untuk mempersunting Ummu Sulaim. Ia pun segera melamar Ummu Sulaim dengan mahar yang sangat tinggi. Tapi ia menjadi bingung tatkala ummu Sulaim menolak pinangannya dan mengatakan:
“Tidak sepantasnya aku menikah dengan seorang musyrik. Tidaklah engkau mengetahui hai Abu Tholhah, bahwa sesembahan kalian itu dibuat oleh seseorang dari keluarga si Fulan. Dan jika kalian menyalakan api padanya pastilah api itu akan membakarnya??!!”
Sedihlah abu tholhah ia pun pergi. Akan tetapi cinta tulusnya menjadikan dia kembali meminangnya dengan mahar yang paling istimewa dalam hidupnya berharap ummu Sulaim menerimanya. Akan tetapi yang inipun ditolak dan berkata dengan santun:
“Tidak pantas orang sepertimu untuk ditolak wahai abu Tholhah, akan tetapi engkau seorang kafir dan aku seorang muslimah yang tidak pantas bagiku untuk menikah denganmu”.
“Tetapi itu bukan kebiasaanmu”. Karena pada umumnya wanita suka dengan dunia dan perhiasan.
“Apa kebiasaanku?” Tanya ummu sulaim.
“Emas dan perak”
“Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas dan perak, akan tetapi yang aku inginkan darimu adalah Al Islam”
“Siapakah orang yang akan membimbingku untuk masuk Islam?”
“ Yang akan membimbingmu adalah Rosululloh”
Maka pergilah Abu Tholhah kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu Rosululloh sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya. Tatkala melihat Abu tholhah, Rosululloh berkata:
“Telah datang kepada kalian Abu Tholhah yang Nampak dari kedua matanya semangat keislaman”.
Abu Tholhah menyampaikan apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim kepada Rosululloh . Dan akhirnya Abu Tholhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya. Ummu Sulaim menengok kepada putranya Anas dan berkata:
“Berdirilah wahai Anas, nikahkanlah aku dengan Abu Tholhah”. Lalu Anaspun menikahkan mereka.
Dalam pernikahannya ini, Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang diberi nama Abu Umair. Yaitu anak yang disebutkan di dalam sebuah hadits ketika Rosululloh
bersabda:
“Yaa Aba Umair, maa fa’alan Nughoir”. Yaitu tatkala Abu Umair bersedih karena kematian burung kecil yang menjadi temannya. Maka Rosululloh menghiburnya dengan berkata:
“Wahai Abu Umair, apa yang dikerjakan Nughoir?” yaitu burung kecil itu.
Dan Alloh berkehendak menguji keimanan Abu Tholhah dan Ummu Sulaim dengan kematian Abu Umair. Yang sebelumnya anak kecil tampan itu sakit. Setiap pulang dari pasar, Abu Tholhah menanyakan kabar anaknya itu kepada Ummu Sulaim. Ia tidak tenang sebelum mengetahui kabar anaknya.
Suatu hari, ketika Abu Tholhah ke masjid, anaknya yaitu Abu Umair dipanggil oleh Alloh . Ummu Sulaim sebagai wanita yang beriman dan penyabar, menghadapinya dengan penuh kesabaran. Ia mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wa innaa ilaihi rooji’uun) kemudian berkata kepada keluarganya:
“Janganlah diantara kalian yang mengkhabarkan hal ini kepada Abu Tholhah, Biar aku sendiri yang menyampaikannya”. Ketika air matanya telah kering, ia segera menyambut kedatangan suaminya dari masjid yang seperti biasa melontarkan pertanyaan tentang anaknya.
“Apa yang dikerjakan oleh anakku?”
Maka Ummu Sulaim menjawab:
“Ia dalam keadaan yang paling baik”.
Abu Tholhah menyangka kalau anaknya sedang tidur, dan dia tidak ingin mengganggunya. Dan dia menyangka anaknya sudah sembuh. Kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan malam untuknya. Setelah Abu Tholhah makan dan minum, Ummu Sulaim melayani suaminya dengan pelayanan yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Ia kenakan pakaian yang indah, berhias dan memakai wewangian. Lalu Abu Tholhah menggaulinya.
Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya telah kenyang dan telah menggauli dirinya. Dan dia tenang dengan keadaan anaknya. Maka Ummu Sulaim memuji Alloh karena berhasil tidak membuat suaminya risau dan sedih. Diapun membiarkan suaminya tertidur dengan lelapnya.
Saat menjelang akhir malam, Ummu Sulaim berkata:
“Wahai Abu Tholhah, bagaimana menurutmu jika ada suatu kaum yang menitipkan barang kepada suatu keluarga. Kemudian mereka mengambil kembali titipannya itu? Apakah berhak bagi keluarga itu untuk menolaknya?”
Abu Tholhah menjawab:
“Tidak”
“Apa yang engkau katakana apabila keluarga itu merasa berat melepas titipan tersebut? Setelah mereka merasakan manfaat dari barang itu?”
“Mereka tidak berlaku adil dalam hal ini”
“Sesungguhnya, anakmu adalah titipan Alloh, dan Dia telah mengambil titipannya itu…Maka berharaplah pahala dengan sebab kematian anakmu itu..”.
Abu Tholhah marah mendengar itu.
“Kamu membiarkanku menikmati semua ini setelah itu baru kamu kabarkan kepadaku kematian anakku??!!”
Ummu Sulaim berkali-kali mengingatkan suaminya agar ber-istirja’ dan memuji Alloh. Maka tenanglah jiwanya. Keesokan harinya dia menemuia Rosululloh dan menceritakan semuanya.
Maka Rosululloh berkata:
“Baarokallohu lakumaa fi lailayikuma”
Dan dari pergaulan itu, lahirlah seorang anak yang kemudian terkenal dengan nama Abdulloh ibn Abi Tholhah. Ummu Sulaim menyuruh Anas membawa adiknya itu kepada Rosululloh . Anas berkata:
“Wahai Rosululloh, ummu Sulaim telah melahirkan seorang anak pada malam ini”.
Kemudian Rosululloh mentahniknya dengan memamahkan kurma untuknya. Mendoakan keberkahan bagi Abdulloh.
“Namailah dia wahai Rosululloh”
“Ia bernama Abdulloh”
Dan salah satu kisah yang menunjukkan akan kecerdikan keluarga Ummu Sulaim juga yaitu tatkala Abu Tholhah mengatakan kepada Rosululloh bahwa dia akan menjamu tamu yang datang kepada Rosululloh, akan tetapi setelah sampai di rumah ternyata tidak ada makanan kecuali makanan untuk anaknya. Maka dia mengatakan kepada Ummu sulaim:
“Sediakan makanan untuk tamu itu, tidurkanlah anak-anak. Apabila tamu kita telah masuk, maka matikanlah lampu dan perlihatkan kepada mereka seolah-olah kita juga makan”. Maka Ummu Sulaimpun mengerjakannya dengan baik. Sehingga akhirnya mereka berdua bermalam dalam keadaan perut kosong.
Keesokan harinya Rosululloh bersabda:
“Sungguh Alloh kagum dan tertawa karena perbuatan si fulan dan si Fulanah”. Dan Alloh pun menurunkan ayat :9 surat Al Hasyr karenanya.
Melihat itu, yaitu turunnya ayat dan kabar gembira dari Rosululloh maka gemberilah keluarga itu.
Selain Ummu Sulaim mengerjakan rumah tangganya dengan baik, diapun memiliki jiwa kepahlawanan, pernah suatu hari dia membawa sebilah belati saat perang hunain. Dia berkata:
“Wahai Rosululloh, jika ada seorang musyrik yang mendekatiku aku akan merobek perutnya.”
Anas berkata:
“Apabila Rosululloh perang, Ummu Sulaim dan para wanita kalangan Anshor ikut berperang bersama beliau. Mereka menyediakan minuman dan mengobati para prajurit yang terluka.”
Rosululloh mengabarkan berita gembira kepadanya:
“Aku memasuki surga lalu aku mendengar seorang yang sedang berjalan, lalu aku berkata: Siapa ini? Mereka berkata: Ar Rumaisho/ Al ghumaitho binti Milhan, Ibu Anas bin Malik”.
Maka kegembiraan bagimu wahai Ummu Sulaim…engkau berhak mendapatkan semua keindahan itu semua…Engkau seorang istri sholihah, penyabar, penasehat, dan seorang pahlawan…engkau seorang yang bijaksana… Sungguh kebahagian bagimu…
(Diterjemahkan secara bebas dan ringkas dari kitab: Nisa haular Rosul, penulis: Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu an Nashr asy Syalabiy. Terbitan Maktabah as Sawadiy lit tauzi’, Jeddah. Hal 204-211).
Saya jadi teringat seorang musyrifah pondok tahfizh. Beliau melahirkan seorang anak tampan, tapi anak tersebut susah dalam minum ASI dan tidak bisa melihat di usia seorang bayi yang seharusnya sudah melihat dan bergerak aktif. Ternyata bayi tersebut terkena tokso sejak di dalam kandungan. Tapi baru ketahuan setelah dia menjadi kesayangan dan kecintaan kedua orang tuanya. Akhirnya bayi itu dirawat di rumah sakit berhari-hari.
Kami tentu saja merindukannya, akhirnya kami menelepon. Dan saat itu beliau berbicara dengan sangat tenang sekali.
“Alhamdulillah, keadaan Abdulloh lebih baik dari sebelumnya, bahkan sudah sembuh..nanti sora mungkin kita pulang”
Kami mengira bahwa bahwa bayi tersebut benar-benar sudah sembuh…tapi ternyata maksudnya adalah bayi tersebut benar-benar lebih baik karena sudah di ambil oleh Alloh sehingga tidak akan merasakan sakit lagi selamanya…
Subhanalloh,,,sungguh sabar beliau… Adakah di antara kita yang seperti itu..?
Sungguh banyak sekali pelajaran dan faidah-faidah yang bisa diambil dari kisah ini, yang tentunya saya tidak bisa menyebutkannya satu persatu. Semoga Alloh memudahkan bagi kita untuk memetik pelajaran yang ada di dalamnya….
Allohumma inniy As-aluka ‘ilman naafi’an…waj’alniy zaujatan shoolihatan, dzaakiyatan, shoobirotan waj’alaniy minad daakhiliina al firdausa…aamiinnn..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar