Mungkinkah Syi’ah dan Sunnah bersatu ??!! (Bagian dua)
Al Jibtu dan At Thogut menurut Syi’ah adalah Abu Bakar dan
Umar
Oleh karena itulah syi’ah senantiasa mengutuk sahabat Abu
Bakar, Umar, Utsman rodhiyallohu ‘anhum dan setiap penguasa dalam sejarah Islam
selain Ali ibn Abi Tholib y.
Sungguh mereka telah berdusta atas nama Imam Abul Hasan Ali ibn Muhammad ibn
Ali ibn Musa bahwa beliau telah membenarkan para pengikutnya untuk menjuluki
Abu Bakar dan Umar dengan sebutan Al Jibtu dan At Thogut (sesembahan atau
berhala orang Qurosy).
Buku Tanqih al Maqol fi Ahwal ar Rijal adalah kitab Al Jahru
wa ta’dil (kitab tentang disiplin ilmu hadits yang membahas kredibilitas dan
biografi para perowi hadits dan tarikh) mereka yang terbesar dan terlengkap.
Buku ini (Tanqih al Maqol fi Ahwal ar
Rijal )adalah karya pemimpin sekte syi’ah Ja’fariyyah, Ayatulloh Al
Mamaqani. Dalam buku ini juz I hal 207,
edisi Pustaka Al Murtadhowiyyah, Najef tahun 1352 H, penulis memuat suatu kisah
yang dinukil oleh Syaikh besar, Muhammad Idris al Hilli, pada akhir kitab “As
Sara’ir” dari kitab “Masa’il ar Rijal wa Mukatabatihim”. Di halaman tersebut
dimuat surat kepada Maulana Abil Hasan
Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Musa ‘alaihis salam. Surat itu adalah salah satu
pertanyaan Muhammad ibn Ali ibn Isa, ia berkata: Aku menulis surat kepadanya
untuk bertanya : “Apakah untuk menguji orang yang memusuhi keluarga Nabi
diperlukan sesuatu selain sikapnya yang lebih mendahulukan Al Jibtu dan At
Taghut?”Maksudnya ia mendahulukan dua orang pemimpin. Dua sahabat Rosululloh r
dan sekaligus dua pembantu kepercayaan beliau, yaitu Abu Bakar dan Umar
rodhiyallohu ‘anhuma. Jawaban pertanyaan itu sebagai berikut: “Barang siapa
meyakini hal ini, maka ia adalah seorang yang memusuhi keluarga Nabi”.
Maksudnya, cukup bagi seseorang untuk disebut sebagai orang yang memusuhi
keluarga Nabi bila ia mendahulukan Abu Bakar dan Umar, dari pada Ali ibn Tholib
dan meyakini keabsahan kepemimpinan mereka berdua.
Kata-kata Al Jibtu dan at Thoghut senantiasa digunakan oleh
kaum Syi’ah dalam bacaan doa mereka yang disebut dengan do’a Dua berhala Quroisy!
Yang mereka maksudkan “dua berhala” adalah Abu Bakar dan Umar. Do’a ini
disebutkan dalam kitab mereka yang berjudul Mafatihul Jinan hal 114. Kitab ini
bagaikan kitab Dalailul Khoirot yang telah tersebar luas di berbagai negeri Islam. Bunyi do’a tersebut adalah
sebagai berikut:
“Ya Alloh, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad, dan kutuklah dua berhala, dua sesembahan, dua tukang sihi
Quroisy dan kedua anak wanita mereka berdua…”.
Yang mereka maksud dengan kedua anak wanita mereka adalah
Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Ummul Mukminin Hafshoh semoga Alloh meridhoi mereka
dan seluruh sahabat.
Hari Pembunuhan Al Faruq, Sebagai Hari Raya ( Ied) Terbesar
Kebencian mereka kepada Umar ibn Al Khotthob Al Faruq, tokoh
yang berhasil memadamkan api kaum majusi di Iran dan berhasil mengislamkan nenek
moyang penduduknya, tiada batas. Begitu
bencinya, sampai-sampai mereka memberikan nama “Baba Syuja’uddin/ bapak
pemberani” kepada pembunuh Umar, yaitu Abu Lu’lu’ah al Majusi –semoga kutukan
Alloh menimpanya .
Ali ibn Mnzhohir –salah seorang tokoh mereka- meriwayatkan
dari Ahmad ibn Ishaq al Kummi al Ahwash, Syaikh kaum Syi’ah dan pemuka mereka,
bahwa pembunuhan Umar ibn Al Khotthob adalah hari raya terbesar, hari
keberkahan dan hari hiburan.
Abu Bakar y,
Sholahuddin Al Ayyubi rohimahulloh dan lainnya adalah tokoh-tokoh yang telah
berhasil menundukkan berbagai dinasti dunia. Mereka memasukkan berbagai dinasti
tersebut ke pangkuan agama Alloh. Mereka juga telah menguasainya demi Islam
hingga hari ini. Walaupun demikian, menurut ideology syi’ah mereka adalah para
penguasa yang merampas, lalim dan termasuk penghuni neraka. Hal itu karena
sekte syi’ah meyakini bahwa kepemimpinan mereka tidak sah sehingga mereka tidak
berhak menerima loyalitas, kepatuhan dan dukungan dari kaum Syi’ah. Kalau
mereka tunduk, itu hanya sebagai taqiyyah dan sebatas untuk menarik simpati
serta menyembunyikan kebebcian mereka.
Menanti Kedatangan Imam Mahdi untuk Bersama-sama Membalas
dan Membasmi Para Perampas Kekuasaan
Di antara ideology Syi’ah adalah keimanan adanya imam Mahdi,
yaitu Imam mereka yang kedua belas. Menurut mereka, saat ini Imam Mahdi sudah
hidup dan sedang menanti saat kebangkitan / revolusinya. Sekte Syi’ah mengklaim
bahwa pada saatnya nanti mereka akan ikut andil bersamanya dalam menjalankan
revolusi tersebut. Inilah yang melatar belakangi sekte Syi’ah menuliskan dua
huruf ( عج ) di sebelah nama, julukan atau panggilannya. Dua huruf
tersebut kependekan dari ( عَجَّلَ اللهُ
فَرْجَهُ )
“semoga Alloh menyegerakan kebangkitannya”.
Kelak tatkala Imam Mahdi ini telah bangkit dari tidurnya
yang amat panjang, lebih dari seribu seratus tahun, Alloh akan menghidupkan
kembali seluruh penguasa umat Islam bersama para penguasa yang ada pada masa
kebangkitannya, khususnya yang mereka sebut Al Jibtu dan at Thoghut dan para
pemimpin setelah keduanya!. Imam Mahdi ini akan menghukumi mereka atas
perbuatannya yang merampas kekuasaan dari dirinya dan dari kesebelas nenek
moyangnya. Menurut mereka, sepeninggal Rosululloh r kekuasaan itu hanya
menjadi hak mereka. Selain kedua belas itu maka tidak memiliki hak kekuasaan
sedikitpun untuk menjadi pemimpin.
Setelah mengadili para “thoghut” tersebut, ia akan membalas mereka semua. Imam
Mahdi ini akan memerintahkan setiap lima ratus orang dibunuh dan dimusnahkan
secara bersama- sama. Para pemimpin Islam sepanjang sejarah yang akan ia bunuh
sebanyak tiga ribu orang. Menurut sekte Syi’ah, hukuman ini terjadi di dunia
sebelum kebangkitan terakhir mereka kelak di hari kiamat.
Setelah mereka semua mati dan binasa, terjadilah kebangkitan
terbesar, kemudian manusia dimasukkan ke dalam syurga atau ke neraka. Syurga
bagi keluarga Nabi Muhammad r
dan setiap orang yang berkeyakinan demikian ini tentang mereka. Neraka bagi
orang –orang yang tidak termasuk kelompok syi’ah.
Kaum Syi’ah menamakan penghidupan kembali, pengadilan dan
pembalasan ini dengan sebutan “ar roj’ah”. Ar Roj’ah semacam ini diyakini oleh
semua umat Syi’ah, tidak ada seorang Syi’ahpun yang meragukannya.
Saya melihat sebagian orang yang berhati baik berpraduga
bahwa ideology semacam ini telah ditinggalkan oleh ummat Syi’ah. Anggapan ini
tentu salah besar dan menyelisihi
realita. Bahkan ummat Syi’ah sejak dinasti As Shafawiyyah hingga sekarang lebih
ekstrim dalam meyakini ideology-idiologi ini disbanding dengan generasi
sebelumnya.
Pada saat ini, ummat Syi’ah terbagi menjadi dua kelompok
berikut :
1.
Orang-orang kolot yang
tetap meyakini idiologi-idiologi tersebut secara utuh.
2.
Kalangan terpelajar yang
menyeleweng dari berbagai khurofat ini kepada paham komunis.
Para penganut paham komunis di Iraq dan Partai Tawaddah
(Partai Kasih Sayang) di Iran adalah kaum Syi’ah yang telah menyadari kesalahan
berbagai dongeng palsu mereka. Karena itu, mereka menganut paham komunis
setelah sebelumnnya menganut ajaran Syi’ah. Mereka tidak ada kelompok atau
partai yang moderat kecuali orang-orang yang menerapkan ajaran taqiyyah guna
mencapai tujuan kelompok, diplomasi, partai atau pribadi, padahal mereka
menyembunyikan sesuatu yang berbeda
dengan ditampakkan.
IDEOLOGI Ar Raj’ah dan Pembantaian Tiga Ribu Kaum Quroisy
Agar Anda dapat mengenal
langsung idiologi Ar Raj’ah dari buku mereka yang terpercaya, saya akan
sebutkan ucapan salah satu Syaikh sekte Syi’ah : Abu Abdillah Muhammad ibn
Muhammad ibn Muhammad ibn An Nu’man. Tokoh ini lebih dikenal di kalangan mereka
dengan sebutan “Syaikh Al Mufid”. Ia memiliki karya tulis yang berjudul Al
Irsyad Fi Tarikh Hujajilah ‘Alal “ibaad. Buku ini dahulu pernah dicetak di Iran
(cetakan kuno), tetapi tidak disebutkan tahun terbitnya dan dicetak dengan
tulisan tangan oleh Muhammad ibn Ali Muhammad Hasan Al Kalbabakati :
“Al Fadhl bin Syazan meriwayatkan dari Muhammad bin Ali Al
Kufy dari Wahb bin Hafsh dari Abu Bashir: “Akan diseur dengan nama Al Qo’im
(yang dimaksud Al Qo’im adalah imam ke-12 yang mereka yakini telah lahir lebih
dari sebelas abad silam. Menurut mereka ia belum mati, karena ia akan bangkit
malam ke -23 dan ia akan bangkit pada hari Asy Syuro-tanggal 10 Muharram-)
Seakan-akan sekarang ini aku dapat melihatnya pada hari kesepuluh bulan
Muharram sedang berdiri di antara Hajar Aswad dan Maqom Ibrohim. Malaikat
Jibril berada di sebelah kanannya sambil menyeru, “Berbaiatlah kepada Alloh”.
Kemudian Kaum Syi’ah berbondong-bondong dari segala penjuru dunia. Kala itu
jarak tempuh dipendekkan untuk mereka sehingga mereka semua dapat dapat
membaiatnya. Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa ia akan berjalan dari
Makkah hingga tiba di Kuffah. Kemudian ia akan menetap di kota Nejef ini dan
dari sanalah ia mengutus pasukannya ke berbagai penjuru dunia”.
Al Hajjal juga meriwayatkan dari Tsa’labah dari Abu Bakar Al
Hadromi dari Abu Ja’far ‘alaihis salam (Muhammad Al Baqir) ia berkata :
“Seakan-akan aku menyaksikan Al Qo’im ‘alahis salam sedang
berada di Najef kota Kuffah. Ia datang dari kota Makkah diiringi oleh lima ribu
Malaikat. Malaikat Jibril di sebelah kanannya, Malaikat Mikail di sebelah
kirinya, sedangkan kaum mukminin berada di depannya. Beliau akan mengutus
pasukannya ke berbagai negri. ”
Abdul Karim Al Ju’fi juga menuturkan : Aku pernah berkata
kepada Abu Abdillah (yaitu Ja’far A Shodiq): “Berapa lama Al Qo’im menguasai
dunia?”, Beliau menjawab: “Tujuh tahun. Hari-harinya akan menjadi panjang,
sampai-sampai satu tahun kepemimpinannya sama dengan tujuh puluh tahun yang
biasa kalian alami”. Abu Bashir bertanya kepadanya, “Semoga aku menjadi
tebusanmu. Bagaimana cara Alloh memanjangkan tahun?”. Ia menjawab: “Alloh
memerintahkan falak agar berhenti dan tidak banyak bergerak. Dengan cara inilah
hari dan tahun menjadi panjang. Bila masa kebangkitannya telah tiba, ummat
manusia selama bulan Jumadil Akhir dan
sepuluh hari dari bulan Rajab akan ditimpa hujan lebat yang belum pernah
dialami oleh ummat manusia. Setelah itu, Alloh akan menumbuhkan kembali daging
dan badan kaum mukminin di kuburan mereka. Seakan-akan sekarang ini, aku sedang
menyaksikan mereka membersihkan tanah dari rambut-rambut mereka”.
Abdulloh bin Al Mughiroh juga meriwayatkan dari Abu Abdillah
(yaitu Ja’far as Shodiq) ‘alaihis salam, ia menuturkan: Bila Al qo’im dari
keturunan (Nabi) Muhammad telah bangkit, ia akan membangkitkan limaratus orang
Quroisy lalu ia akan memenggal leher mereka. Kemudian ia membangkitkan lima
rutus orang lainnya dan memenggal leher mereka. Dia akan melakukan hal itu
sebanyak enam kali. Aku bertanya, “Apakah jumlah mereka mencapai sebanyak ini?”(Ia
merasa heran dengan hal itu karena khulafa’ur rosyidin, Dinasti umamiyah.
Abbassiyah dan seluruh penguasa ummat Islam hingga zaman Ja’far As Shodiq tidak
sampai sebanyak itu, bahkan tidak menyampai satu persennya). Ja’far As Shodiq
menjawab: “Ya. Dari mereka dan juga dari pengikutnya”.
Dalam riwayat lain : “Sesungguhnya kekuasaan kita adalah
kekuasaan terakhir. Tidak ada satu margapun dari mereka melainkan pernah
menjadi penguasa agar kelak bila telah menyaksikan perilaku kita, mereka tidak
lagi berdalih “Bila kami berkuasa, kami akan berlaku seperti perilaku mereka”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar