Sabtu, 06 April 2013

Mungkinkah Syiah dan Sunnah bersatu??! (Bagian dua)


Mungkinkah Syi’ah dan Sunnah bersatu ??!! (Bagian dua)

Al Jibtu dan At Thogut menurut Syi’ah adalah Abu Bakar dan Umar

Oleh karena itulah syi’ah senantiasa mengutuk sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman rodhiyallohu ‘anhum dan setiap penguasa dalam sejarah Islam selain Ali ibn Abi Tholib y. Sungguh mereka telah berdusta atas nama Imam Abul Hasan Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Musa bahwa beliau telah membenarkan para pengikutnya untuk menjuluki Abu Bakar dan Umar dengan sebutan Al Jibtu dan At Thogut (sesembahan atau berhala orang Qurosy).

Buku Tanqih al Maqol fi Ahwal ar Rijal adalah kitab Al Jahru wa ta’dil (kitab tentang disiplin ilmu hadits yang membahas kredibilitas dan biografi para perowi hadits dan tarikh) mereka yang terbesar dan terlengkap. Buku ini  (Tanqih al Maqol fi Ahwal ar Rijal )adalah karya pemimpin sekte syi’ah Ja’fariyyah, Ayatulloh Al Mamaqani.  Dalam buku ini juz I hal 207, edisi Pustaka Al Murtadhowiyyah, Najef tahun 1352 H, penulis memuat suatu kisah yang dinukil oleh Syaikh besar, Muhammad Idris al Hilli, pada akhir kitab “As Sara’ir” dari kitab “Masa’il ar Rijal wa Mukatabatihim”. Di halaman tersebut dimuat surat kepada Maulana  Abil Hasan Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Musa ‘alaihis salam. Surat itu adalah salah satu pertanyaan Muhammad ibn Ali ibn Isa, ia berkata: Aku menulis surat kepadanya untuk bertanya : “Apakah untuk menguji orang yang memusuhi keluarga Nabi diperlukan sesuatu selain sikapnya yang lebih mendahulukan Al Jibtu dan At Taghut?”Maksudnya ia mendahulukan dua orang pemimpin. Dua sahabat Rosululloh r dan sekaligus dua pembantu kepercayaan beliau, yaitu Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma. Jawaban pertanyaan itu sebagai berikut: “Barang siapa meyakini hal ini, maka ia adalah seorang yang memusuhi keluarga Nabi”. Maksudnya, cukup bagi seseorang untuk disebut sebagai orang yang memusuhi keluarga Nabi bila ia mendahulukan Abu Bakar dan Umar, dari pada Ali ibn Tholib dan meyakini keabsahan kepemimpinan mereka berdua.

Kata-kata Al Jibtu dan at Thoghut senantiasa digunakan oleh kaum Syi’ah dalam bacaan doa mereka yang disebut dengan do’a Dua berhala Quroisy! Yang mereka maksudkan “dua berhala” adalah Abu Bakar dan Umar. Do’a ini disebutkan dalam kitab mereka yang berjudul Mafatihul Jinan hal 114. Kitab ini bagaikan kitab Dalailul Khoirot yang telah tersebar luas di berbagai  negeri Islam. Bunyi do’a tersebut adalah sebagai berikut:

“Ya Alloh, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan kutuklah dua berhala, dua sesembahan, dua tukang sihi Quroisy dan kedua anak wanita mereka berdua…”.
Yang mereka maksud dengan kedua anak wanita mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Ummul Mukminin Hafshoh semoga Alloh meridhoi mereka dan seluruh sahabat.

Hari Pembunuhan Al Faruq, Sebagai Hari Raya ( Ied) Terbesar

Kebencian mereka kepada Umar ibn Al Khotthob Al Faruq, tokoh yang berhasil memadamkan api kaum majusi di Iran dan berhasil mengislamkan nenek moyang penduduknya, tiada batas. Begitu  bencinya, sampai-sampai mereka memberikan nama “Baba Syuja’uddin/ bapak pemberani” kepada pembunuh Umar, yaitu Abu Lu’lu’ah al Majusi –semoga kutukan Alloh menimpanya .
Ali ibn Mnzhohir –salah seorang tokoh mereka- meriwayatkan dari Ahmad ibn Ishaq al Kummi al Ahwash, Syaikh kaum Syi’ah dan pemuka mereka, bahwa pembunuhan Umar ibn Al Khotthob adalah hari raya terbesar, hari keberkahan dan hari hiburan.

Abu Bakar y, Sholahuddin Al Ayyubi rohimahulloh dan lainnya adalah tokoh-tokoh yang telah berhasil menundukkan berbagai dinasti dunia. Mereka memasukkan berbagai dinasti tersebut ke pangkuan agama Alloh. Mereka juga telah menguasainya demi Islam hingga hari ini. Walaupun demikian, menurut ideology syi’ah mereka adalah para penguasa yang merampas, lalim dan termasuk penghuni neraka. Hal itu karena sekte syi’ah meyakini bahwa kepemimpinan mereka tidak sah sehingga mereka tidak berhak menerima loyalitas, kepatuhan dan dukungan dari kaum Syi’ah. Kalau mereka tunduk, itu hanya sebagai taqiyyah dan sebatas untuk menarik simpati serta menyembunyikan kebebcian mereka.

Menanti Kedatangan Imam Mahdi untuk Bersama-sama Membalas dan Membasmi Para Perampas Kekuasaan

Di antara ideology Syi’ah adalah keimanan adanya imam Mahdi, yaitu Imam mereka yang kedua belas. Menurut mereka, saat ini Imam Mahdi sudah hidup dan sedang menanti saat kebangkitan / revolusinya. Sekte Syi’ah mengklaim bahwa pada saatnya nanti mereka akan ikut andil bersamanya dalam menjalankan revolusi tersebut. Inilah yang melatar belakangi sekte Syi’ah menuliskan dua huruf ( عج ) di sebelah nama, julukan atau panggilannya. Dua huruf tersebut kependekan dari ( عَجَّلَ اللهُ فَرْجَهُ )
“semoga Alloh menyegerakan kebangkitannya”.

Kelak tatkala Imam Mahdi ini telah bangkit dari tidurnya yang amat panjang, lebih dari seribu seratus tahun, Alloh akan menghidupkan kembali seluruh penguasa umat Islam bersama para penguasa yang ada pada masa kebangkitannya, khususnya yang mereka sebut Al Jibtu dan at Thoghut dan para pemimpin setelah keduanya!. Imam Mahdi ini akan menghukumi mereka atas perbuatannya yang merampas kekuasaan dari dirinya dan dari kesebelas nenek moyangnya. Menurut mereka, sepeninggal Rosululloh r kekuasaan itu hanya menjadi hak mereka. Selain kedua belas itu maka tidak memiliki hak kekuasaan sedikitpun untuk menjadi pemimpin.

Setelah mengadili para “thoghut”  tersebut, ia akan membalas mereka semua. Imam Mahdi ini akan memerintahkan setiap lima ratus orang dibunuh dan dimusnahkan secara bersama- sama. Para pemimpin Islam sepanjang sejarah yang akan ia bunuh sebanyak tiga ribu orang. Menurut sekte Syi’ah, hukuman ini terjadi di dunia sebelum kebangkitan terakhir mereka kelak di hari kiamat.

Setelah mereka semua mati dan binasa, terjadilah kebangkitan terbesar, kemudian manusia dimasukkan ke dalam syurga atau ke neraka. Syurga bagi keluarga Nabi Muhammad r dan setiap orang yang berkeyakinan demikian ini tentang mereka. Neraka bagi orang –orang yang tidak termasuk kelompok syi’ah.
Kaum Syi’ah menamakan penghidupan kembali, pengadilan dan pembalasan ini dengan sebutan “ar roj’ah”. Ar Roj’ah semacam ini diyakini oleh semua umat Syi’ah, tidak ada seorang Syi’ahpun yang meragukannya.
Saya melihat sebagian orang yang berhati baik berpraduga bahwa ideology semacam ini telah ditinggalkan oleh ummat Syi’ah. Anggapan ini tentu  salah besar dan menyelisihi realita. Bahkan ummat Syi’ah sejak dinasti As Shafawiyyah hingga sekarang lebih ekstrim dalam meyakini ideology-idiologi ini disbanding dengan generasi sebelumnya.

Pada saat ini, ummat Syi’ah terbagi menjadi dua kelompok berikut :
1.       Orang-orang kolot yang tetap meyakini idiologi-idiologi tersebut secara utuh.
2.       Kalangan terpelajar yang menyeleweng dari berbagai khurofat ini kepada paham komunis.
Para penganut paham komunis di Iraq dan Partai Tawaddah (Partai Kasih Sayang) di Iran adalah kaum Syi’ah yang telah menyadari kesalahan berbagai dongeng palsu mereka. Karena itu, mereka menganut paham komunis setelah sebelumnnya menganut ajaran Syi’ah. Mereka tidak ada kelompok atau partai yang moderat kecuali orang-orang yang menerapkan ajaran taqiyyah guna mencapai tujuan kelompok, diplomasi, partai atau pribadi, padahal mereka menyembunyikan  sesuatu yang berbeda dengan ditampakkan.

IDEOLOGI Ar Raj’ah dan Pembantaian Tiga Ribu Kaum Quroisy

Agar Anda dapat mengenal  langsung idiologi Ar Raj’ah dari buku mereka yang terpercaya, saya akan sebutkan ucapan salah satu Syaikh sekte Syi’ah : Abu Abdillah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn An Nu’man. Tokoh ini lebih dikenal di kalangan mereka dengan sebutan “Syaikh Al Mufid”. Ia memiliki karya tulis yang berjudul Al Irsyad Fi Tarikh Hujajilah ‘Alal “ibaad. Buku ini dahulu pernah dicetak di Iran (cetakan kuno), tetapi tidak disebutkan tahun terbitnya dan dicetak dengan tulisan tangan oleh Muhammad ibn Ali Muhammad Hasan Al Kalbabakati :

“Al Fadhl bin Syazan meriwayatkan dari Muhammad bin Ali Al Kufy dari Wahb bin Hafsh dari Abu Bashir: “Akan diseur dengan nama Al Qo’im (yang dimaksud Al Qo’im adalah imam ke-12 yang mereka yakini telah lahir lebih dari sebelas abad silam. Menurut mereka ia belum mati, karena ia akan bangkit malam ke -23 dan ia akan bangkit pada hari Asy Syuro-tanggal 10 Muharram-) Seakan-akan sekarang ini aku dapat melihatnya pada hari kesepuluh bulan Muharram sedang berdiri di antara Hajar Aswad dan Maqom Ibrohim. Malaikat Jibril berada di sebelah kanannya sambil menyeru, “Berbaiatlah kepada Alloh”. Kemudian Kaum Syi’ah berbondong-bondong dari segala penjuru dunia. Kala itu jarak tempuh dipendekkan untuk mereka sehingga mereka semua dapat dapat membaiatnya. Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa ia akan berjalan dari Makkah hingga tiba di Kuffah. Kemudian ia akan menetap di kota Nejef ini dan dari sanalah ia mengutus pasukannya ke berbagai penjuru dunia”.

Al Hajjal juga meriwayatkan dari Tsa’labah dari Abu Bakar Al Hadromi dari Abu Ja’far ‘alaihis salam (Muhammad Al Baqir) ia berkata :

“Seakan-akan aku menyaksikan Al Qo’im ‘alahis salam sedang berada di Najef kota Kuffah. Ia datang dari kota Makkah diiringi oleh lima ribu Malaikat. Malaikat Jibril di sebelah kanannya, Malaikat Mikail di sebelah kirinya, sedangkan kaum mukminin berada di depannya. Beliau akan mengutus pasukannya ke berbagai negri. ”

Abdul Karim Al Ju’fi juga menuturkan : Aku pernah berkata kepada Abu Abdillah (yaitu Ja’far A Shodiq): “Berapa lama Al Qo’im menguasai dunia?”, Beliau menjawab: “Tujuh tahun. Hari-harinya akan menjadi panjang, sampai-sampai satu tahun kepemimpinannya sama dengan tujuh puluh tahun yang biasa kalian alami”. Abu Bashir bertanya kepadanya, “Semoga aku menjadi tebusanmu. Bagaimana cara Alloh memanjangkan tahun?”. Ia menjawab: “Alloh memerintahkan falak agar berhenti dan tidak banyak bergerak. Dengan cara inilah hari dan tahun menjadi panjang. Bila masa kebangkitannya telah tiba, ummat manusia selama bulan Jumadil Akhir  dan sepuluh hari dari bulan Rajab akan ditimpa hujan lebat yang belum pernah dialami oleh ummat manusia. Setelah itu, Alloh akan menumbuhkan kembali daging dan badan kaum mukminin di kuburan mereka. Seakan-akan sekarang ini, aku sedang menyaksikan mereka membersihkan tanah dari rambut-rambut mereka”.

Abdulloh bin Al Mughiroh juga meriwayatkan dari Abu Abdillah (yaitu Ja’far as Shodiq) ‘alaihis salam, ia menuturkan: Bila Al qo’im dari keturunan (Nabi) Muhammad telah bangkit, ia akan membangkitkan limaratus orang Quroisy lalu ia akan memenggal leher mereka. Kemudian ia membangkitkan lima rutus orang lainnya dan memenggal leher mereka. Dia akan melakukan hal itu sebanyak enam kali. Aku bertanya, “Apakah jumlah mereka mencapai sebanyak ini?”(Ia merasa heran dengan hal itu karena khulafa’ur rosyidin, Dinasti umamiyah. Abbassiyah dan seluruh penguasa ummat Islam hingga zaman Ja’far As Shodiq tidak sampai sebanyak itu, bahkan tidak menyampai satu persennya). Ja’far As Shodiq menjawab: “Ya. Dari mereka dan juga dari pengikutnya”.

Dalam riwayat lain : “Sesungguhnya kekuasaan kita adalah kekuasaan terakhir. Tidak ada satu margapun dari mereka melainkan pernah menjadi penguasa agar kelak bila telah menyaksikan perilaku kita, mereka tidak lagi berdalih “Bila kami berkuasa, kami akan berlaku seperti perilaku mereka”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar