Kamis, 23 Januari 2014

Wanita Menurut Bangsa Romawi

Wanita Menurut Bangsa Romawi

Mereka adalah bangsa yang telah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaan setelah bangsa Yunani. Kita melihat bahwa UU dan aturan –aturan bangsa ini juga condong kepada kezholiman, keburukan dan penyiksaan terhadap kaum wanita. Di antara ungkapan mereka yang berkaitan dengan wanita adalah: “Sesungguhnya belenggu belum tercabut dan benangnya belum lepas”. Yakni di dalam masyarakat mereka, seorang suami mempunyai hak yang penuh terhadap istrinya, sebagaimana hak raja-raja atas rakyatnya. Sehingga ia mengatur istrinya sesuai dengan hawa nafsunya. Bahkan disebabkan kekuasaan yang teramat besar ini, ia dibolehkan melakukan apa saja sampai dibolehkan pembunuhan terhadap istrinya pada sebagian keadaaan.
Dalam keadaan bangsa, Romawi telah dikenal mencapai kemajuan kehidupan dan peradaban, ternyata mereka tidak juga memperhatikan kebiadaban mereka terhadap kaum wanita ini. Mereka justru memiliki pandangan yang merendahkan wanita dan memperlakukan mereka seperti pelayan.
Dalam situasi kemunduran seperti ini, wanita melihat dirinya terhanyut dalam arus kekejian dan kejahatan, sementara kaum lelaki hanya memandang wanita sebagai pemuas nafsu kesenangan dan syahwat kebinatangan mereka. Aturan hidup seperti itu mengakibatkan kejahatan dan kekejian menjadi laku keras sehingga menjadi budaya kebebasan untuk meraih kedudukan yang besar bagi bangsa Romawi. Mereka hidup di atas persaingan meraih wanita telanjang. Bahkan tersebar adanya kebiasaan kaum lelaki dan wanita berada dalam satu pemandian dengan dilihat dan disaksikan oleh manusia lainnya. Cukuplah bagi engkau kisah-kisah yang tidak tahu malu dan adab keji seperti ini, pada zaman sekarang kadang diungkapkan dengan istilah “adab keterbukaan” dan terkadang diistilahkan dengan nama “pembaharuan” atau “modern”.
Mereka juga mempermudah urusan perceraian karena sebab yang sangat sepele. Karena banyak tersebar perceraian, mengakibatkan para wanita menghitung kebaikan mereka berdasarkan jumlah suami mereka tanpa memiliki rasa bersalah dan malu.
Yang lebih aneh dari itu semua, apa yang disebutkan oleh al Qudais Jarum ( 340-420 M), yaitu tentang seorang wanita yang telah menikah terakhir kali pada hitungan yang ke-23, sementara dia merupakan istri yang ke-21 bagi suaminya yang baru tersebut. (??!!)

Akibat semua itu akhirnya Negara Romawi hancur dengan kehancuran yang buruk sebagaimana bangsa yunani sebelumnya telah hancur. Semua itu dikarenakan mereka tenggelam dalam syahwat kebinatangan yang tidak pantas untuk hewan itu sendiri, apalagi untuk manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar