Wanita Menurut Bangsa Romawi
Mereka adalah bangsa yang telah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaan
setelah bangsa Yunani. Kita melihat bahwa UU dan aturan –aturan bangsa ini juga
condong kepada kezholiman, keburukan dan penyiksaan terhadap kaum wanita. Di antara
ungkapan mereka yang berkaitan dengan wanita adalah: “Sesungguhnya belenggu
belum tercabut dan benangnya belum lepas”. Yakni di dalam masyarakat mereka,
seorang suami mempunyai hak yang penuh terhadap istrinya, sebagaimana hak
raja-raja atas rakyatnya. Sehingga ia mengatur istrinya sesuai dengan hawa
nafsunya. Bahkan disebabkan kekuasaan yang teramat besar ini, ia dibolehkan
melakukan apa saja sampai dibolehkan pembunuhan terhadap istrinya pada sebagian
keadaaan.
Dalam keadaan bangsa, Romawi telah dikenal mencapai kemajuan kehidupan dan
peradaban, ternyata mereka tidak juga memperhatikan kebiadaban mereka terhadap
kaum wanita ini. Mereka justru memiliki pandangan yang merendahkan wanita dan
memperlakukan mereka seperti pelayan.
Dalam situasi kemunduran seperti ini, wanita melihat dirinya terhanyut
dalam arus kekejian dan kejahatan, sementara kaum lelaki hanya memandang wanita
sebagai pemuas nafsu kesenangan dan syahwat kebinatangan mereka. Aturan hidup
seperti itu mengakibatkan kejahatan dan kekejian menjadi laku keras sehingga
menjadi budaya kebebasan untuk meraih kedudukan yang besar bagi bangsa Romawi. Mereka
hidup di atas persaingan meraih wanita telanjang. Bahkan tersebar adanya
kebiasaan kaum lelaki dan wanita berada dalam satu pemandian dengan dilihat dan
disaksikan oleh manusia lainnya. Cukuplah bagi engkau kisah-kisah yang tidak
tahu malu dan adab keji seperti ini, pada zaman sekarang kadang diungkapkan
dengan istilah “adab keterbukaan” dan terkadang diistilahkan dengan nama “pembaharuan”
atau “modern”.
Mereka juga mempermudah urusan perceraian karena sebab yang sangat sepele.
Karena banyak tersebar perceraian, mengakibatkan para wanita menghitung
kebaikan mereka berdasarkan jumlah suami mereka tanpa memiliki rasa bersalah
dan malu.
Yang lebih aneh dari itu semua, apa yang disebutkan oleh al Qudais Jarum (
340-420 M), yaitu tentang seorang wanita yang telah menikah terakhir kali pada
hitungan yang ke-23, sementara dia merupakan istri yang ke-21 bagi suaminya
yang baru tersebut. (??!!)
Akibat semua itu akhirnya Negara Romawi hancur dengan kehancuran yang
buruk sebagaimana bangsa yunani sebelumnya telah hancur. Semua itu dikarenakan
mereka tenggelam dalam syahwat kebinatangan yang tidak pantas untuk hewan itu
sendiri, apalagi untuk manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar