Kamis, 23 Januari 2014

Wanita Menurut Bangsa Yunani

                                                             Wanita menurut Bangsa Yunani

Yunani digolongkan sebagai bangsa pendahulu yang paling tinggi  dan paling banyak peradabannya. Jika perhatikan manusia pada awal masa tersebut, berda pada puncak kemunduran dalam segala hal. Sehingga dia tidak memiliki kedudukan di dalam masyarakat. Bahkan muncul suatu keyakinan bahwa sesungguhnya wanita adalah penyebab penderitaan dan musibah bagi seseorang. Sehingga menjadi makhluk yang menempati kedudukan paling rendah.

Dengan keadaan seperti ini, wanita terpuruk ke tingkat kehinaan, kerendahan yang paling dasar dan tidak ada kemulian pada diri mereka. Karena derajat tersebut maka kaum lelaki mereka tidak mau duduk bersama wanita di satu meja makan. Terlebih lagi jika mereka ada tamu asing yang datang, wanita diperlakukan seperti budak yang harus mau melayani dan menemani tamu-tamu itu sekehendak mereka.

Pada generasi berikutnya, aturan tersebut menjadi berubah dimana akibat arus syahwat, perangai kebinatangan dan hawa nafsu menarik mereka untuk memberikan kebebasan kepada wanita dalam urusan seks saja. Dalam urusan ini mereka memberikan kebebasan sebebas bebasnya, sehingga para wanita tak ubahnya seperti pelacur. Akibatnya para pelacur menempati kedudukan yang tinggi. Mereka menjadi pusat yang dikelilingi oleh segala aktifitas masyarakat Yunani. Bahkan mereka membuat hikayat- hikayat untuk para pelacur ini.

Diantara hikayat-hikayat tersebut adalah mereka menjadikan Tuhan Kupid sebagai Tuhan Cinta. Ia merupakan hasil hubungan antara Aprodite yang merupakan istri dari 3 Tuhan. Dan ia merupakan permaisuri dari salah satu Tuhan itu. Karena menikah dengan Aprodite, akhirnya salah satu Tuhan itu menjadi manusia biasa dan lahirlah Kupid sebagai buah cinta mereka, yang kemudia dijadikan sebagai Tuhan Cinta.


Berdasarkan hikayat seperti ini, keumuman penduduk Yunani memandang ikatan perkawinan tidaklah penting dan berarti. Karena perempuan harganya murah dan bisa diraih oleh tangan manusia yang mampu menemaninya secara terang-terangan tanpa ada ikatan pernikahan. Seperti inilah sejarah menyaksikan bahwa bangsa Yahudi menjadi rapuh disebabkan kemunduran ini dan setelah itu tidak ada orang yang menegakkan kehormatan bangsa tersebut kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar